Makalah Masalah Pendidikan

A.   Permasalahan Pokok Pendidikan
          System pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan social budaya dan masyarakat. Berdasarkan kenyataannya, ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan di tanah air, yaitu :
1.      Bagaimana semua warga Negara dapat menikmati kesempatan pendidikan ?
2.      Bagaimmana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan bermasyarakat ?
Jika disimpulkan yang pertama mengenai masalah pemerataan, dan yang kedua adalah masalah mutu, relevansi, dan juga efisiensi pendidikan.


B.   Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan dan Penanggulangannya
          seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ada 4 jenis permasalahan yang harus di tanggulangi. Jenis permasalahan dan penanggulangannya dari masing-masing pokok permasalahan tersebut antara laikn :
1.      Masalah Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana system pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga Negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan.
Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga Negara kususnya anak usia sekolah yang tidapat di tampung di dalam system atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia. Di dalam undang-undang No. 4 Tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah, pada Bab XI, Pasal 17 yang berbunyi :
“tiap-tiap warga Negara Republik Indonesia mempunyai Hak yang sama untuk diterima menjadi murid suatu sekolah jika syarat-syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaran pada sekolah itu terpenuhi.”
Pemecahan masalah pemerataan Pendidikan
Banyak macam pemecahan masalah yang sedang dan telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan pemerataan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, langkah-langkah yang diitempuh melalui cara konvensional dan cara inovatif.
Cara konvensional antara lain :
1. membangun gedung sekolah seperti SD Inpres dan atau ruangan belajar.
2. menggunakan gedung sekolah untuk double shift (system bergantian)
Cara inovatif antara lain :
1. system pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua dan guru) atau Inpacts system (Instructional Management by Parent, Community and Teacher). System tersebut dirintis di Solo dan didiseminasikan ke beberapa provensi.
2. SD kecil pada daerah terpencil.
3. System guru kunjung
4. SMP terbuka
5. Kejar paket A dan B
6. belajar jarak jauh, seperti Universitas Terbuka.
Sehubungan dengan itu, yang paling penting untuk digalakkan, utamanya untuk pendidikan dasar ialah membangkiutkan kemauan balajar bagi masyarakat/ keluarga yang kurang mampu agar mau menyekolahkan anaknya.

2.      Masalah Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan dipermaslahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti yang diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh lembaga penghasil sebgai produsen tenaga terhadap calon luaran, dengan system sertifikasi. Selanjutnya jika luaran tersebut terjun ke lapangan kerja, penilaian dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai konsumen tenaga dengan system tes untuk kerja (performance test). Sesudah itu masih dilakukan pelatihan atau pemagangan bagi calon untuk penyesuaian dengan tuntutan persyaratan kerja dilapangan.
Padahal hasil belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui proses belajar yang bermutu juga. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang bermutu. Jika terjadinya belajar yang tidak optimal menghasilkan skor hasil ujian yang baik maka hamper dapat dipastikan bahwa hasil ujian belajar tersebut adalah semu. Ini berarti bahwa pokok permasalahan mutu pendidikan lebih terletak pada masalah pemerosesan pendidikan. Selanjutnya kelancaran pemerosesan pendidikan ditunjang oleh komponen pendidikan yang terdiri dari peserta didik, tenanga kependidikan, kurikulum, sarana pembelajaran, bahkan juga masyarakat sekitar. Seberapa besar dukungan tersebut diberikan oleh komponen pendidikan, sangat tergantung pada kualitas komponen dan kerjasamanya yang mengarah pada pencapaian tujuan tertentu.
Pemecahan masalah mutu pendidikan
            Meskipun untuk tiap-tiap jenis dan jenjang pendidikan masing-masing memiliki kekususan, namun pada dasarnya pemecahan masalah mutu pendidikan bersasaran pada perbaikan kualitas komponen pendidikan (utamanya komponen mentah untuk jenjang pendidikan menengah dan tinggi ). Upaya tersebut pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses pendidikan dan pengalaman belajar peserta didik, yang akhirnya dapat meningkatkan hasil pendidikan.
            Upaya pemecahan maslah secara garis besarnya meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen sebagai berikut :
a.       Seleksi yang lebih rasional terhadap masukan mentah.
b.      Pengembangan kemampuan tenanga kependidikan melalui studi lanjut, misalnya berupa pelatihan, penataran, seminar, kegiatan-kegiatan kelompok studi.
c.       Penyempurnaan kurikulum, misalnya dengan member materi yang lebih esensial dan mengandung muatan local, metode yang menantang dan menggairahkan belajar, dan melaksanakan evaluasi yang beracuan pada PAP.
d.      Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tenteram untuk belajar.
e.       Penyempurnaan sarana belajar seperti buku paket, media pembelajaran dan peralatan laboratorium.
f.       Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran.

g.      Kegiatan pengendalian mutu yang berupa kegiatan-kegiatan :
1.       Laporan penyelengaraan pendidikan oleh semua lembaga pendidikan.
2.      Supervise dan monitoring pendidikan oleh penilik dan pengawas.
3.      System ujian nasional/Negara.
4.      Akreditasi terhadap lembaga pendidikan untuk menetapkan status suatu lembaga.

3.      Masalah Efisiensi Pendidikan
            Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu system pendidikan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaannya hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiensinya tinggi namun jika sebaliknya dikatan efisiensinya rendah. Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting adalah :
a.       Bagaimana tenaga kependidikan difungsikan.
b.      Bagaimana prasarana dan sarana pendidikan digunakan.
c.       Bagaimana pendidikan diselenggarakan.
d.      Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga.
            Masalah ini meliputi pengangkatan, penempatan, dan pengembangan tenaga dalam pendidikan. Masalah pengangkatan terletak pada kesenjangan antara stok tenaga yang tersedia dengan jatah pengangkatan yang sangat terbatas. Kemudian masalah penempatan guru, khususnya guru bidang penempatan studi sering mengalami kepincangan, tidak disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Meskipun persedian tenaga yang direncanakan secara makro telah mencukupi kebutuhan, namun mengalami masalah penempatan karena terbatasnya jumlah yang dapat diangkat dan sulitnya menjaring tenaga yang bersedia ditempatkan di daerah terpencil, karena tidak ada insentif yang menarik, demikian pula sulitnya menempatkan guru wanita.
            Selain masalah tersebut masalah efisiensi dalam penggunaan prasarana dan sarana juga perlu diperhatikan. Penggunaan prasarana dan sarana yang kurang efisien bisa terjadi antara lain sebagai akibat kurang matangnya perencanaan dan sering juga karena perubahan kurikulum.


4.      Masalah Relevansi Pendidikan
            Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana system pendidikan dapat menghasilkan luaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Luaran pendidikan diharapkan dapat mengisi semua sector pembangunan yang beraneka ragam seperti sector produksi, sector jasa dan lain-lain. Baik dari segi jumlah maupun dari segi kualitas. Jika system pendidikan menghasilkan luaran yang dapat mengisi semua sector pembangunan baik yang actual maupun yang potensial dengan memenuhi criteria yang dipersyaratkan oleh lapangan kerja, maka relevansi pendidikan dianggap tinggi.
            Kriteria  relevansi seperti yang dinyatakan tersebut cukup ideal jika dikaitkan dengan kondisi system pendidikan pada umumnya dan gambaran tentang kerjaan yang ada antara lain sebagai berikut :
·         Status lembaga pendidikan sendiri masih bermacam-macam kualitasnya.
·         System pendidikan tidak pernah mengeluarkan luaran yang siap pakai. Hyang ada adalah siap kembang.
·         Peta kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratan yang dapat digunakan sebagai pedoman oleh lembaga-lembaga pendidikan untuk menyusun programnya tidak tersedia.
            Umunya luaran yang diproduksi oleh system pendidikan jumlahnya relative lebih besar daripada yang dibutuhkan di lapangan. Sebaliknya ada jenis-jenis tenaga kerja yang dibuthkan di lapangan kurang diproduksi atau bahkan tidak di produksi.

Dari keempat macam masalah pendidikan tersebut masing-masing dikatan teratasi jika pendidikan :
1)      Dapat menyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya: semua warga Negara yang butuh pendidikan dapat ditampung dalam suatu satuan pendidikan.
2)      Dapat mencapai hasil yang bermutu, artinya: perencanaan, pemrosesan pendidikan dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
3)      Dapat dilaksanakan secara efisien, artinya: pemrosesan pendidikan sesuai dengan rancangan dan tujuan yang dituliskan dalam rancangan.
4)      Produknya yang bermutu tersebut grelevan, artinya: hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.
C.   Saling Berkaitan Antara Masalah-Masalah Pendidikan
            Meskipun keempat masalah yang sudah dijelaskan dapat dibeda-bedakan satu sama lain, namun dalam kenyataannya pelaksanaan pendidikan di lapangan masalah-masalah tersebut saling berkaitan. Bahkan mungkin secara serentak muncul dalam permukaan meskipun dengan bobot yang tidak sama.
            Pada dasarnya pembangunan di bidang pendidikan tentu menginginkan tercapainya pemerataan pendidikan dan pendidikan yang bermutu tinggi sekaligus. Namun pada kenyataannya keinginginan tersebut belum bisa terpenuhi. Ada dua factor yang dapat dikemukakan sebagai penyebab mengapa pendidikan yang bermutu belum dapat diusahakan pada saat pemerataan pendidikan.
1.      Gerakan peluasan pendidikan untuk melayani pemerataan kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan penghimpunan dan pengerahan dana dan daya.
2.      Kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya peningkatan mutu karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, pengerahan tenajga pendidik yang kurang kompeten, kurikulum yang kurang mantap, sarana yang kurang memadai, dan yang lainnya.
Kemudian bagaimana dengan efisiensi pendidikan tersebut, sudah jelas jika komponennya kurang memadai maka efisiensinya pun rendah. Jika efisiensi dalam pendidikan tersebut rendah maka hasil yang dikeluarkan pun akan kurang bagus.

D.   Factor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan
            Selain ke empat masalah yang sudah di uraikan tersebut, ada beberapa factor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan. Factor factor tersebut antara lain :
1.      Perkembangan Iptek dan Seni
a.       Perkembangan Iptek
Terdapat hubungan yang erat antara pendidikan dengan Iptek. Ilmu pengetahuan merupakan hasil eksplorasi secara system dan teroganisasi mengenai alam semesta dan teknologi adalah penerapan yang direncanakan dari ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.
b.      Perkembangan Seni
Kesenian merupakan aktivitas berkreasi manusia secara individual ataupun kelompok yang menghasilkan suatu yang indah.
Dilihat dari tujuan pendidikan yaitu terbentuknya manusia seutuhnya, aktivitas kesenian mempunyai peran yang besar karena dapat mengisi perkembangan dominan afektif khususnya emosi yang positif dan konstruktif serta keterampilan di samping domain kognitif yang sudah di garap melalui program/bidang studi yang lain.

2.      Laju pertumbuhan penduduk
            Masalah kependudukan dan kependidikan bersumber pada 2 hal, yaitu:
1.      Pertambahan penduduk
Dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka penyediaan prasarana dan sarana pendidikan beserta komponen penunjang terselenggaranya pendidikan harus di tambah. Dan ini berarti beban pembangunan nasional menjadi bertambah.
2.      Penyebaran penduduk
Penyebaran penduduk di tanah air tidak lah merata. Ada yang padat penduduknya ada pula yang sedikit. Karena itu akan timbul masalah pendidikan terutama pada penempatan tenaga pengajar pada daerah terpencil yang rata-rata penduduknya sedikit.

3.      Aspirasi masyarakat
            Orang mulai melihat bahwa untuk dapat hidup yang lebih layak dan sehat perlu pekerjaan tetap yang menopang kehidupan, dan pendidikan member jaminan untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan menopang tersebut. Karena itu aspirasi masyarakat terus meningkat terhadap pendidikan.



4.      Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan
            Keterbelakangan budaya terjadi karena beberapa hal yaitu:
1.      Letak geografis tempat tinggal suatu masyarakat.
2.      Penolakan masyarakat terhadap datangnya unsure budaya baru karena tidak dipahamiatau karena di kawatirkan merusak sendi-sendi masyarakat.
3.      Ketidakmampuan masyarakat secara ekonomis menyangkut unsure kebudayaan tersebut.
Sehubungan dengan factor penyebab terjadinya keterbelakangan budaya umumnya dialami oleh:
1.      Masyarakat daerah terpencil
2.      Masyarakat yang tidak mampu secara ekonomis
3.      Masyarakat yang kurang terdidik.

E.   Permasalah Aktual Pendidikan dan Penanggulangannya
            Pendidikan selalu menghadapi masalah, karena selalu terdapat kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan hasil yang dapat dicapai dari proses pendidikan. Permasalah actual berupa kesenjangan yang pada saat ini kita rasakan mendesak untuk ditanggulangi.
            Beberapa masalah actual pendidikan yang akan dikemukakan meliputi masalah keutuhan pencapaian sasaran, kurikulum, peranan guru, pendidikan dasar 9 tahun dan pendayagunaan teknologi pendidikan.
a.       Masalah keutuhan pencapaian sasaran
Tujuan pendidikan adalah untuk mencapai manusia yang utuh. Dimana utuh ini yang dimagsud adalah manusia yang memiliki hubungan vertical (Tuhan) dan horizontal (lingkungan dan manusia) dan konsentrasi (diri sendiri). Tetapi dalam pelaksanaannya pendidikan efektif belum ditangani semestinya. Kecendrungan mengarah kepada pengutamaan pengembangan aspek kognitif.
Hambatan-hambatan yang harus diatasi dalam masalah ini adalah:
1.      Beban kurikulum yang terlalu sarat.
2.      Pendidikan efektif sulit diprogramkan secara eksplisit, karena dianggap menjadi bagian dari kurikulum tersembunyi yang keterlaksanaannya sangat tergantung kepada kemahiran dan pengalaman guru. Jika terjadi perubahan tingkah laku efektif maka semata-mata adalah hasil atau dampak dari proses pengiring dan bukan dampak langsung dari proses pembelajaran yang didesain.
3.      Pencapaian hasil pendidikan efektif memakan waktu, sehingga memerlukan ketekunan dan kesabaran pendidik.
4.      Menilai hasil pendidikan efektif tidak mudah. Bahkan kalau mau berhasil, juga membutuhkan biaya.

b.      Masalah kurikulum
Masalah kurikulum meliputi masalah konsep dan pelaksanaannya. Yang menjadi sumber masalah ini ialah bagaimana system pendidikan dapat membekali peserta didik untuk terjun kelapangan kerja dan memberikan bekal dasar yang kuat untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

c.       Masalah peranan guru
Karena perkembangan iptek yang sangat pesat, guru juga harus ikut berkembang karena guru dianggap sebagai sumber ilmu. Tetapi pada dasarnya guru hanyalah memberikan dorongan dan menumbuhkembangkan budaya membaca dan budaya meneliti untuk menemukan sesuatu pada diri muridnya dengan kata lain guru adalah “membelajarkan pelajar”

d.      Masalah pendidikan 9 tahun
Dilihat dari segi lamanya waktu belajar pada pendidikan 9 tahun ini sudah mengalami kemajuan dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya yang hanya di tetapkan belajar selama 6 tahun. Namun masalah yang timbul adalah :
1.      Realisasi dalam pendidikan
2.      Kurikulum yang belum siap.
3.      Pada masa transisi para pelaksana pendidikan di lapangan perlu disiapkan melalui bimbingan-bimbingan, penyuluhan, penataran dan lain-lain.
Hambatan-hambatan lain berasal dari sambutan masyarakat, utamanya dari orang tua/kalangan yang kurang mampu. Mereka mungkin cenderung untuk tidak menyekolahkan anaknya karena harus membiayai anaknya lebih lama. Padahal tidak dapat berharap banyak dari anaknya untuk segera memperoleh pekerjaan setelah tamat dari sekolah.

Upaya penanggulangan
Berbagai cara penanggulangan yang dilakukan untuk masalah-masalah actual seperti telah dikemukakan antara lain :
a.       Pendidikan afektif perlu ditingkatkan secara terperogram tidak cukup berlangsung secara  incidental. Dalam hal ini hubungan pelaksanaan pendidikan kesenian perlu diberi perhatian khusus sehingga tidak menjadi pelajaran yang dikesampingkan.
b.      Pelaksanaan ekstrakulikuler dikerjakan dengan penuh kesungguhan dan hasilnya diperhitungkan dalam menetapkan nilai akhir ataupun kelulusan.
c.       Pemilihan siswa atas kelompok yang akan melanjutkan belajar ke perguruan tinggi dengan yang akan terjun ke masyarakat merupakan hal yang prinsip karena pada dasarnya tidak semua siswa secara potensial mampu belajar di perguruan tinggi.
d.      Pendidikan tenaga kependidikan perlu diberi perhatian khusus, oleh karena tenaga kependidikan khususnya guru menjadi penyebab utama lahirnya sumber daya manusia yang berkualitas untuk pembangunan.
e.       Untuk pendidikan dasar 9 tahun, apalagi jika dikaitkan dengan gerakan wajib belajar, perlu diadakan penelitian secara meluas pada masyarakat untuk menemukan factor penunjang dan utamanya factor penghambat.

Kepada masyarakat luas perlu diberikan informasi yang sifatnya memperjelas tentang makna pendidikan dasar. Realisasi dari pelaksanaan pendidikan ini pun dilakukan secara bertahap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar